konsep dan jenis kecerdasan intelektual dan ganda
Eva
Yulia R
K7414021
Konsep dan jenis kecerdasan
Kecerdasan intelektual dan ganda
Kecerdasan ialah sifat pikiran
yang mencakup sejumlah kemampuan, seperti kemampuan menalar, merencanakan,
memecahkan masalah, berpikir abstrak, memahami gagasan, menggunakan bahasa, dan
belajar. Kecerdasan erat kaitannya dengan kemampuan kognitif yang dimiliki oleh
individu.
Kecerdasan atau intelejensi seseorang dibawa dari
pertama kali ia dilahirkan. Akan tetapi perkembangan kecerdasan atau
intelegensi itu didapatkan seseorang seiring perkembangannya dalam kehidupan.
Kecerdasan terbagi-bagi menjadi tiga bagian, yaitu
a.
kecerdasan intelektual atau IQ,
adalah
kemampuan untuk bertindak secara terarah, berpikir secara rasional, dan
menghadapi lingkungannya secara efektif. Secara garis besar dapat disimpulkan
bahwa inteligensi adalah suatu kemampuan mental yang melibatkan proses berpikir
secara rasional. Oleh karena itu, inteligensi tidak dapat diamati secara
langsung, melainkan harus disimpulkan dari berbagai tindakan nyata yang
merupakan manifestasi dari proses berpikir rasional itu. sedangkan IQ atau
singkatan dari Intelligence Quotient, adalah skor yang diperoleh dari sebuah
alat tes kecerdasan. Dengan demikian, IQ hanya memberikan sedikit indikasi
mengenai taraf kecerdasan seseorang dan tidak menggambarkan kecerdasan
seseorang secara keseluruhan
b.
kecerdasan spiritual atau SQ
kemampuan
untuk “menjinakkan” emosi dan mengarahkannya ke pada hal-hal yang lebih
positif. Seorang yang mampu mensinergikan potensi intelektual dan potensi
emosionalnya berpeluang menjadi manusia-manusia utama dilihat dari berbagai
segi.
c.
kecerdasan emosional atau EQ
kecerdasan yang berperan
sebagai landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara efektif.
Bahkan SQ merupakan kecerdasan tertinggi dalam diri kita. Kecerdasan ini
digunakan untuk menyelesaikan masalah kaidah dan nilai-nilai spiritual. Dengan
adanya kecerdasan ini, akan membawa seseorang untuk mencapai kebahagiaan
hakikinya. Karena adanya kepercayaan di dalam dirinya, dan juga bisa melihat
apa potensi dalam dirinya. Karena setiap manusia pasti mempunyai kelebihan dan
juga ada kekurangannya. Intinya, bagaimana kita bisa melihat hal itu.
Intelejensia spiritual membawa seseorang untuk dapat menyeimbangkan pekerjaan
dan keluarga, dan tentu saja dengan Sang Maha Pencipta.
Ketiga bentuk kecerdasan ini tidak dapat dipisahkan
antara satu dengan yang lain. Agar terjadi keseimbangan maka ketiganya harus
diasah dengan baik melalui suatu proses pembelajaran dan pengalaman-pengalaman
tersendiri.
Menurut Piaget perkembangan intelegensi atau
kecerdasan anak itu terbagi menjadi empat tahap:
1. Tahap sensori motorik antara umur 0-2 tahun,
2. tahap praoperasional (2-7 tahun),
3. tahap operasional konkret (7-12 tahun),
4. tahap operasional formal (12 tahun-seterusnya).
Tahapan-tahapan ini pasti dilalui oleh anak dalam
perkembangannya dari lahir sampai ia dewasa. Menurut piaget apabila satu tahap
saja tidak dilalui oleh seorang anak, maka itu akan berakibat pada kecerdasan
anak itu sendiri.
Intelegensi sangat penting bagi kehidupan seseorang,
karena tanpa intelegensi tersebut, seseorang tidak akan mampu untuk membedakan
sesuatu, baik itu hal yang nyata ataupun hal yang tidak nyata. Jika kita
membicarakan intelegensi maka tidak terlepas dari proses pembelajaran. Karena
intelejensi itu berkembang dan didapatkan melalui proses pembelajaran. Jika
intelegensi itu tidak diasah maka intelegensi itu tidak akan berkembang dan
tidak akan ada perubahan. Daya pikir seseorang yang telah mendapat didikan dari
sekolah (pembelajaran), menunjukkan sifat-sifat yang lebih baik daripada anak
yang tidak bersekolah.
Faktor
yang Mempengaruhi Kecerdasan
Tingkat kecerdasan seseorang berbeda-beda karena
dalam perkembangan kecerdasan ada beberapa faktor-faktor kecerdasan tersebut
adalah sebagai berikut :
1.
Faktor Bawaan
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa
sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan
masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam
satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali,
meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.
2.
Faktor Minat dan Bawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu
tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat
dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia
luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk
berbuat lebih giat dan lebih baik.
3.
Faktor Pembentukan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar
diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelengensi. Di sini dapat
dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah
atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.
4.
Faktor Kematangan
Dimana organ dalam tubuh manusia mengalami
pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis,
dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga
mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak-anak
belulm mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat
sekolah dasar, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ
tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal
tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umu.
5.
Faktor Kebebasan
Hal ini berarti manusia dapat memilih metode
tertentu dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Di samping kebebasan memilih
metode, juga bebas dalam memilih masalah yang sesuai dengan kebutuhannya.
Kelima faktor tersebut di atas saling mempengaruhi
dan saling terkait satu dengan yang lainnya. Jadi, untuk menentukan kecerdasan
seseorang, tidak dapat hanya berpedoman atau berpatokan kepada salah satu
faktor saja.
TEORI TEORI KECERDASAN GANDA
Konsep kecerdsan dimulai dari Wechsler, Charles
Spearman.
C.Spearman mengajukan teorinya
bahwa kecerdasan memiliki 2 faktor, teori
dua faktor maksudnya
invdividu-individu memiliki kecerdasan umum, yang ia sebut “g” dan sejumlah
kemampuan-kemampuan khusus, atau “s” . Spearman mengembangkan teorinya dengan
menerapkan suatu teknik yang disebut analisis faktor. Analisis faktor ialah suatu prosedur statistik yang menghubungkan
nilai-nilai tes untuk mengidentifikasi kelompok-kelompok atau faktor yang
mendasar.
Teori
faktor ganda menurut Thurstone bahwa kecerdasan terdiri
dari tujuh kemampuan mental primer : pemahman verbal, kemampuan numerik,
kefasihan kata, visualisasi ruang, memori asosiatif, berpikir, dan kecepatan
perseptual.
Menurut Gardner ada 8 tipe kecerdasan :
·
Kecerdasan Linguistik (Bahasa)
Kemampuan
membaca, menulis,dan berkomunikasi dengan kata-kata atau bahasa. Contoh orang
yang memiliki kecerdasan linguistic adalah penuulis, jurnalis, penyair, orator,
dan pelawak.
·
Kecerdasan Logis-Matematis.
Kemanpuan
berpikir (bernalar) dan menghitung, berpikir logis dan sistematis. Ini adalah
jenis keterampilan yang sangat dikembangkan pada diri insinyur, ilmuwan,
ekomon, akuntan, detektif, dan para anggota profesi hukum.
·
Kecerdasan Visual-Spasial.
Kemampuan
berpikir menggunakan gambar, memvisualisasikan hasil masa depan. Membayangkan
berbagai hal pada mata pikiran Anda. Orang yang memiliki jenis kecerdasan ini
antara lain para arsitek, seniman, pemahat, pelaut , fotografer, dan perencara
strategis.
·
Kecerdasan Musikal.
Kemampuan menggubah atau mencipta musik, dapat
menyanyi dengan baik, dapat memahami atau memainkan musik, serta menjaga ritme.
Ini adalah bakat yang dimiliki oleh para musisi, composer, perekayasa rekaman
·
Kecerdasan Kinestik-Tubuh.
Kemampuan
menggunakan tubuh Anda secara terampil untuk memecahkan masalah, menciptakan
produk atau mengemukakan gagasan dan emosi. Kemampuan ini dimiliki oleh para
atlet, seniman tari atau akting atau dalam bidang banguan atau konstruksi.
·
Kecerdasan Interpersonal (social).
Kemampuan
bekerja secara efektif dengan orang lain, berhubungan dengan orang lain dan
memperlihatkan empati dan pengertian, memeperhatikan motivasi dan tujuan
mereka. Kecerdasan jenis ini biasanya dimiliki oleh para guru yang baik,
fasilitator, penyembuh, polisi, pemuka agama, dan waralaba.
·
Kecerdasan Intrapersonal
Kemampuan menganalis-diri dan
merenungkan-diri, mampu merenung dalam kesunyian dan menilai prestasi
seseorang, meninjau perilaku seseorang dan perasaan-perasaan terdalamnya,
membuat rencana dan menyusun tujuan yang hendak dicapai, mengenal benar diri
sendiri. Kecerdasan ini biasanya dimiliki oleh para filosof, penyuluh ,
pembimbing, dan banyak penampil puncak dalam setiap bidang.
Pada tahun 1996, Gardner memutuskan untuk menambahkan satu
jenis kecerdasan kedelapan (yaitu kecerdasan naturalis), dan kendatipun banyak
pendapat yang menentang, ada godaan untuk menambahkan yang kesembilan, yaitu
kecerdasan spiritual.
·
Kecerdasan Naturalis.
Kemampuan mengenal flora dan
fauna, melakukan pemilahan-pemilahan runtut dalam dunia kealaman, dan
menggunakan kemampuan ini secara produktif- misalnya berburu, bertani, atau
melakukan penelitian biologi.
Kecerdasan
hanyalah sehimpunan kemampuan dan keterampilan. Manusia dapat mengembangkan dan
meningkatkan kecerdasan dengan belajar menggunakan kemampuannya secarapenuh.
Delapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia ini mengungkapkan kepada kita bahwa ada “banyak jendela menuju satu ruangan yang sama” di mana subjek-subjek pelajaran dapat didekati dari berbagai prespektif. Dan ketika orang mampu menggunakan bentuk-bentuk kecerdasan mereka yang paling kuat, mereka akan menemukan bahwa belajar itu mudah dan menyenangkan.
Delapan kecerdasan yang dimiliki oleh manusia ini mengungkapkan kepada kita bahwa ada “banyak jendela menuju satu ruangan yang sama” di mana subjek-subjek pelajaran dapat didekati dari berbagai prespektif. Dan ketika orang mampu menggunakan bentuk-bentuk kecerdasan mereka yang paling kuat, mereka akan menemukan bahwa belajar itu mudah dan menyenangkan.
MULTI KECERDASAN (KECERDASAN GANDA) DALAM PEMBELAJARAN
Setiap
peserta didik memiliki kecerdasan yang berbeda-beda. Kecerdasan peserta didik
dalam belajar didasari beberapa jenis kecerdasan yang ada, yang dikenal dengan
multi kecerdasan. Seorang guru perlu memahami berbagai jenis kecerdasan peserta
didik, agar dapat menerapkan strategi pembelajaran yang bervariasi dalam
menjembatani proses belajar peserta didik.
a. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan Linguistik merupakan kemampuan berpikir dalam bentuk kata-kata dan penggunaan bahasa untuk mengekspresikan dan memberi makna yang kompleks. Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh para pengarang, penyair, jurnalis, pembicara, dan penyiar berita. Beberapa karakteristik yang ada pada orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan bahasa antara lain adalah :
1. Mendengarkan dan merespon setiap suara dan berbagai ungkapan kata;
2. Menirukan suara, bahasa, membaca dan menulis;
3. Belajar melalui menyimak, membaca dan menulis serta diskusi;
4. Menyimak secara efektif, memahami, menguraikan, menafsirkan dan mengingat apa yang diucapkan;
5. Membaca secara efektif, memahami, meringkas, menafsirkan atau menerangkan;
6. Berbicara secara efektif kepada beragam pendengar, beragam tujuan, dan mengetahui cara berbicara secara sederhana, fasih, dan bergairah;
7. Menulis secara efektif, memahami dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca dan kosa kata yang efektif;
8. Memperlihatkan kemampuan untuk mempelajari bahasa lainnya;
9. Menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis dan membaca.
Kelas pada setiap pelajaran harus berupa lingkungan yang kaya akan bahasa tempat peserta didik berbicara, berdiskusi dan menjelaskan dan yang paling penting adalah mendorong rasa ingin tahunya.
Pembentukan lingkungan pembelajaran Verbal-Linguistik :
1. Kondisikan peserta didik untuk menceritakan suatu kisah atau suatu masalah yang terkait dengan materi pelajaran;
2. Memberi kesempatan peserta didik untuk memimpin suatu diskusi atau debat;
3. Menugaskan peserta didik untuk membuat sebuah artikel;
4. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghubungkan suatu artikel/cerita dengan realita atau materi pelajaran;
5. Menugaskan peserta didik untuk mempresentasikan sesuatu pokok bahasan;
6. Mengkondisikan kegiatan ”talk show” dalam suatu program/materi;
7. Menyusun suatu laporan/ resume/kajian pada suatu topik/ materi yang relevan.
a. Kecerdasan Linguistik (Linguistic Intelligence)
Kecerdasan Linguistik merupakan kemampuan berpikir dalam bentuk kata-kata dan penggunaan bahasa untuk mengekspresikan dan memberi makna yang kompleks. Biasanya kecerdasan ini dimiliki oleh para pengarang, penyair, jurnalis, pembicara, dan penyiar berita. Beberapa karakteristik yang ada pada orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan bahasa antara lain adalah :
1. Mendengarkan dan merespon setiap suara dan berbagai ungkapan kata;
2. Menirukan suara, bahasa, membaca dan menulis;
3. Belajar melalui menyimak, membaca dan menulis serta diskusi;
4. Menyimak secara efektif, memahami, menguraikan, menafsirkan dan mengingat apa yang diucapkan;
5. Membaca secara efektif, memahami, meringkas, menafsirkan atau menerangkan;
6. Berbicara secara efektif kepada beragam pendengar, beragam tujuan, dan mengetahui cara berbicara secara sederhana, fasih, dan bergairah;
7. Menulis secara efektif, memahami dan menerapkan aturan-aturan tata bahasa, ejaan, tanda baca dan kosa kata yang efektif;
8. Memperlihatkan kemampuan untuk mempelajari bahasa lainnya;
9. Menggunakan keterampilan menyimak, berbicara, menulis dan membaca.
Kelas pada setiap pelajaran harus berupa lingkungan yang kaya akan bahasa tempat peserta didik berbicara, berdiskusi dan menjelaskan dan yang paling penting adalah mendorong rasa ingin tahunya.
Pembentukan lingkungan pembelajaran Verbal-Linguistik :
1. Kondisikan peserta didik untuk menceritakan suatu kisah atau suatu masalah yang terkait dengan materi pelajaran;
2. Memberi kesempatan peserta didik untuk memimpin suatu diskusi atau debat;
3. Menugaskan peserta didik untuk membuat sebuah artikel;
4. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menghubungkan suatu artikel/cerita dengan realita atau materi pelajaran;
5. Menugaskan peserta didik untuk mempresentasikan sesuatu pokok bahasan;
6. Mengkondisikan kegiatan ”talk show” dalam suatu program/materi;
7. Menyusun suatu laporan/ resume/kajian pada suatu topik/ materi yang relevan.
b. Kecerdasan Logika Matematika (Logical Mathematic Intelligence)
Merupakan kemampuan dalam menghitung, mengukur dan mempertimbangkan proposisi dan hipotesis, serta menyelesaikan operasi-operasi matematika. Kecerdasan matamatika biasanya dimiliki oleh para ilmuwan, ahli matematika, akuntan, insinyur, dan pemrogram komputer.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan matematika antara lain adalah:
1. Merasakan berbagai tujuan dan fungsi mereka dalam lingkungannya;
2. Mengenal konsep-konsep yang bersifat kuantitatif, waktu dan hubungan sebab akibat;
3. Menggunakan simbol-simbol abstrak untuk menunjukkan realita;
4. Menunjukkan keterampilan memecahkan masalah secaralogis
5. Memahami pola-pola dan hubungan-hubungan;
6. Mengajukan dan menguji hipotesis;
7. Menggunakan bermacam-macam keterampilan matematis,seperti memperkirakan, perhitungan logaritma, menafsirkan statistik, dan informasi visual dalam bentuk grafik;
8. Berpikir secara sistematis dengan mengumpulkan bukti,membuat hipotesis dan merumuskan berbagai model;
9. Mengungkapkan ketertarikan dalam karir, seperti akuntansi,teknologi informasi, mesin dan ilmu kimia.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait dengan logika matematis, antara lain:
1. menerjemahkan suatu pokok bahasan ke dalam rumus matematika;
2. merencanakan dan memimpin suatu eksperimen;
3. menggunakan diagram venn untuk menjelaskan;
4. menggunakan analogi untuk menjelaskan;
5. mengkategorikan fakta-fakta;
6. merancang suatu simbol atau kode.
c. Kecerdasan Spasial (Spatial Intelligence)
Kemampuan membangkitkan kapasitas untuk berpikir dalam tiga dimensi seperti yang dilakukan pelaut, pilot, pemahat, pelukis, dan arsitek. Kecerdasan ini memungkinkan seseorang merasakan bayangan eksternal dan internal, melukiskan kembali, mengubah dan memodifikasi bayangan dan obyek melalui ruang untuk menghasilkan suatu gambar/grafik ataupun suatu benda.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan spasial antara lain adalah :
1. Belajar dengan melihat dan mengamati;
2. Mengarahkan dirinya pada benda-benda secara efektif dalam ruangan;
3. Merasakan dan menghasilkan sebuah bayangan mental, berpikir dalam gambar dan memvisualisasikan detail;
4. Membaca grafik, bagan, peta, dan diagram visual;
5. Menikmati gambar-gambar tak beraturan, lukisan, ukiran atau obyek repro lain dalam bentuk yang dapat dilihat;
6. Menikmati bentukan hasil tiga dimensi, seperti obyek origami, jembatan tiruan dan maket;
7. Cakap mendesain secara abstrak;
8. Menciptakan bentuk baru dari media visual spasial.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait dengan kecerdasan spasial, antara lain:
1. Menciptakan sebuah pertunjukkan;
2. Merancang sebuah poster, buletin, dan sejenisnya;
3. Menggunakan suatu sistem memori untuk mempelajari;
4. Menciptakan suatu karya;
5. Membuat variasi bentuk dan ukuran dari suatu objek;
6. Membuat suatu ilustrasi, sketsa, denah dari suatu obyek;
7. Menggunakan proyeksi untuk mengajar.
d. Kecerdasan Kinestetik Tubuh (Bodily Kinesthetic Intelligence)
Kemampuan seseorang untuk menggerakkan suatu obyek dan keterampilan-keterampilan fisik yang halus. Kemampuan atau kecerdasan ini dimiliki oleh para atlit, penari, ahli bedah, dan seniman.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan kinestetik antara lain adalah :
1. menjelajahi lingkungan dan sasaran melalui sentuhan dan gerakan;
2. mengembangkan kerjasama dan rasa terhadap waktu;
3. belajar dengan lebih baik, jika terlibat langsung dan berpartisipasi; menikmati secara konkrit dalam mempelajari pengalaman-pengalaman, seperti perjalanan ke alam bebas, berpartisipasi dalam bermain peran dan permainan ketangkasan;
4. menunjukkan keterampilan atau mendemonstrasikan keahlian dalam bidangnya.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait dengan kinestetik, antara lain:
1. Bermain peran atau menirukan;
2. Menciptakan suatu gerakan atau rangkaian gerakan untuk menjelaskan;
3. Menciptakan suatu model;
4. Merancang suatu produk;
5. Merencanakan dan menghadiri suatu perjalanan lapangan;
6. Membuat suatu permainan atau sejenisnya.
e. Kecerdasan Musik (Musical Intelligence)
Merupakan kecerdasan yang memiliki sensitivitas pada pola titian nada, melodi, ritme, dan nada seperti yang dimiliki oleh komposer, musisi, kritikus, dan pembuat alat musik, atau seorang pendengar yang sensitif.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan musikal antara lain adalah :
1. Mendengar dan merespon dengan ketertarikan terhadap berbagai bunyi;
2. Menikmati dan mencari kesempatan untuk mendengarkan musik atau suara-suara alam pada suasana belajar;
3. Merespon terhadap musik secara kinestetik;
4. Mengenali dan mendiskusikan berbagai gaya musik, aliran dan variasi budaya;
5. Mengoleksi musik dan informasi mengenai musik dalam berbagai bentuk;
6. Mengembangkan kemampuan menyanyi atau memainkan instrumen secara sendiri;
7. Mengembangkan referensi kerangka berpikir pribadi untuk mendengarkan musik;
8. Mengembangkan improvisasi dan bermain dengan suara/bunyi.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu yang terkait dengan kecerdasan musikal, antara lain:
1. Meyajikan suatu pertunjukkan dengan iringan musik yang tepat;
2. Menyanyikan sebuah kritikan atau lagu;
3. Menyajikan kelas musik dalam waktu singkat pada suatu materi/pokok bahasan;
4. Menggunakan musik untuk mempertinggi semangat belajar;
5. Menuliskan suatu lirik lagu untuk suatu pokok bahasan/materi.
f. Kecerdasan Interpersonal (Interpersonal Intelligence)
Merupakan kemampuan untuk memahami dan berinteraksi dengan orang lain secera efektif, seperti yang dimiliki oleh guru, pekerja sosial, artis atau politisi yang sukses.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan interpersonal antara lain adalah :
1. terikat dengan dan berinteraksi dengan orang lain;
2. membentuk dan menjaga hubungan sosial;
3. mengetahui dan menggunakan cara-cara yang beragam dalam berhubungan dengan orang lain;
4. merasakan perasaan, pikiran, motivasi, tingkah laku dan gaya hidup orang lain;
5. berpartisipasi dalam kegiatan kolaboratif dan menerima bermacam peran yang perlu dilaksanakan;
6. mempengaruhi pendapat dan perbuatan orang lain;
7. memahami dan berkomunikasi secara efektif, baik secara verbal maupun non verbal;
8. menyesuaikan diri terhadap lingkungan dan group yang berbeda;
9. mempelajari keterampilan yang berhubungan dengan penengah sengketa;
10. Tertarik pada karir yang berorientasi interpersonal, seperti mengajar, pekerjaan sosial dan konseling.
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait dengan kecerdasan interpersonal, antara lain:
1. memimpin suatu rapat;
2. bersama seorang rekan menggunakan penyelesaian masalah berat;
3. bermain peranan dengan berbagai perspektif;
4. mengatur dan ikut serta dalam sebuah kelompok;
5. mengajarkan orang lain tentang suatu hal;
6. berlatih memberi dan menerima umpan balik;
7. menciptakan suatu sistem /prosedur dari suatu kegiatan.
g. Kecerdasan Intrapersonal (Intrapersonal Intelligence)
Merupakan kemampuan untuk membuat persepsi yang akurat tentang diri sendiri dan menggunakan pengetahuannya untuk merencanakan dan mengarahkan kehidupan seseorang, seperti yang dimiliki oleh ahli agama, ahli psikologi dan ahli filsafat.
Beberapa karakteristik orang yang memiliki kecenderungan kecerdasan intrapersonal antara lain adalah :
1. sadar akan wilayah emosinya;
2. menemukan cara-cara dan jalan keluar untuk mengekpresikan perasaan dan pemikirannya;
3. mengembangkan model diri yang akurat;
4. termotivasi untuk mengidentifikasi dan memperjuangkan tujuannya;
5. membangun dan hidup dalam suatu sistem nilai etika (agama);
6. bekerja mandiri;
7. mengatur secara kontinyu pembelajaran dan perkembangan tujuan personalnya;
8. berusaha mencari dan memahami pengalaman batinnya sendiri;
9. berusaha untuk mengaktualisasikan diri;
10. memberdayakan orang lain (memiliki tanggung jawab kemanusiaan).
Lingkungan belajar diupayakan berupa menu-menu yang terkait dengan kecerdasan intrapersonal, antara lain:
1. Menggambarkan bahwa kemampuan yang dimilikinya dapat membantu menuju kesuksesan;
2. Merangkai dan mengejar suatu tujuan;
3. Menggambarkan perasaannya tentang sesuatu;
4. Menggunakan acuan belajar;
5. Membuat suatu jurnal;
6. Menerima umpan balik dari orang lain;
7. Mengomentari atau menilai hasil pekerjaannya.
h. Kecerdasan Natural (Naturalistic Intelligence)
Merupakan kemampuan untuk melakukan sesuatu yang terkait dengan lingkungan alam dan merupakan kecerdasan kedelapan dari kecerdasan yang tidak termasuk teori asli Multiple Intelligences dari Gardner. Kecerdasan ini terkait dengan sensitifitas terhadap alam dan faktor lingkungan, misalnya mudah berinteraksi dengan hewan, mampu memprediksi terjadinya perubahan alam, mudah mengenali berbagai spesies hewan maupun tumbuhan. Kecerdasan ini akan lebih mudah diwujudkan melalui pengumpulan dan penganalisaan suatu subjek yang berhubungan dengan alam.
Faktor – Faktor
Penting dalam Implementasi Teori Kecerdasan Ganda
Implementasi teori
kecerdasan ganda dalam aktivitas pembelajaran memerlukan dukungan
komponen-komponen sistem persekolahan sebagai berikut :
1. Orang tua murid
Komponen masyarakat,
dalam hal ini orang tua murid, perlu memberikan dukungan yang optimal agar
implementasi teori kecerdasan ganda di sekolah dapat berhasil. Orang tua, dalam
konteks pengembangan kecerdasan ganda perlu memeberikan sedikit kebebasan pada
anak mereka untuk dapat memilih kompetensi yang ingin dikembangkan sesuai
dengan kecerdasan dan bakat yang mereka miliki.
2. Guru
Guru memegang peran
yang sangat penting dalam implementasi teori kecerdasan ganda. Agar
implementasi teori kecerdasan ganda dapat mencapai hasil seperti yang
diinginkan ada dua hal yang perlu diperhatikan yaitu :
a)Kemampuan guru
dalam mengenali kecerdasan individu siswa b) Kemampuan mengajar dan
memanfaatkan waktu mengajar secara proporsional.
Kemampuan
guru dalam mengenali kecerdasan ganda yang dimiliki oleh siswa merupakan hal
yang sangat penting. Faktor ini akan sangat menentukan dalam merencanakan
proses belajar yang harus ditempuh oleh siswa. Ada banyak cara yang dapat
dilakukan oleh guru untuk mengenali kecerdasan spesifik yang dimiliki oleh
siswa. Semakin dekat hubungan antara guru dengan siswa, maka akan semakin mudah
bagi para guru untuk mengenali karakteristik dan tingkat kecerdasan siswa.
3. Kurikulum
Setelah mengetahui
kecerdasan setiap individu siswa, maka langkah – langkah berikutnya adalah
merancang kegiatan pembelajaran. Armstrong (2004) mengemukakan proporsi waktu
yang dapat digunakan oleh guru dalam mengimplementasikan teori kecerdasan ganda
yaitu :
a. 30 % pembelajaran
langsung
b. 30 % belajar
kooperatif
c. 30% belajar
independent
Implementasi teori
kecerdasan ganda membawa implikasi bahwa guru bukan lagi berperan sebagai
sumber (resources), tapi harus lebih berperan sebagai manajer kegiatan
pembelajaran.Dalam menerapkan teori kecerdasan ganda, sistem sekolah perlu
menyediakan guru-guru yang kompeten dan mampu membawa anak mengembangkan potensi-potensi
kecerdasan yang mereka miliki. Guru musik misalnya, selain mampu memainkan
instrumen musik, ia juga harus mampu mengajarkannya sehimgga dapat menjadi
panutan yang baik bagi siswa yang memiliki kecerdasan musikal.
Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan ganda juga perlu menyediakan
fasilitas pendukung selain guru yang berkualitas.Fasilitas tersebut dapat
digunakan oleh guru dan siswa dalam meningkatkan kecerdasan-kecerdasan yang
spesifik. Fasilitas dapat berbentuk media pembelajaran dan peralatan serta
perlengkapan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan kecerdasan
ganda. Contoh fasilitas pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan
kecerdasan ganda antara lain : peralatan musik, peralatan olah raga dan media
pembelajaran yang dapat digunakan untuk melatih kecerdasan spesifik.
4. Sistem penilaian
Sistem penilaian yang diperlukan oleh sekolah yang
menerapkan teori kecerdasan ganda berbeda dengan sistem penilaian yang
digunakan pada sekolah konvensional. Sekolah yang menerapkan teori kecerdasan
ganda pada dasarnya berasumsi bahwa semua individu itu cerdas. Penilaian yang
digunakan tidak berorientasi pada input dari proses pembelajaran tapi lebih
berorientasi pada proses dan kemajuan (progress) yang diperlihatkan oleh siswa
dalam mempelajari suatu keterampilan yang spesifik. Metode penilaian yang cocok
dengan sistem seperti ini adalah metode penilaian portofolio.Sistem penilaian
portofolio menekankan pada perkembangan bertahap yang harus dilalui oleh siswa
dalam mempelajari sebuah keterampilan atau pengetahuan.
Komentar
Posting Komentar